Jumat, 05 Oktober 2012

contoh asumsi penelitian

D. Asumsi-asumsi Penelitian ini dilakukan berdasarkan beberapa asumsi yaitu : 1. Bahwa permasalahan dakwah islam menyangkut hajat sebagian besar masyarakat kabupaten jepara 2. Bahwa permasalahan dakwah islam dan pengentasan kemiskinan sangat mendesak untuk segera ditandangani. 3. Bahwa masalah kemiskinan merupakan kunci pemecahan masalah selanjutnya. 4. Bahwa masalah dakwah islam dan kemiskinan dapat dikerjakan dan diselesaikan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia di masyarakat. 5. Penyelesaian masalah tersebut tidak memakan waktu lama IV. SIGNIFIKASI PENELITIAN Eksistensi gerakan dakwah islam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan senantiasa bersentuhan dengan masyrakat dimana dakwah dilaksanakan. Oleh karena itu secara teknis dakwah islam selalu melibatkan unsure masyarakat dengan segala problema yang dihadapinya. Probema masyarakat juga merupakan problema dakwah islam dari waktu ke waktu selalu membutuhkan dinaminasi yang sejalan dengan perubahan sosial yang tiada henti. Dakwah islam memiliki posisi yang strategis Karena dakwah islam berusaha untuk mengaktualisasiakan tauhid ke dalam realitas sosial, sehingga mampu menghantarkan kepada pemeluknya mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Selama ini berbagai upaya telah dilakukan untuk melahirkan berbagai pemikiran mengenai dakwah islam yang relevan dengan tuntutan masyarakat termasuk lehirnya berbagai lembaga dakwah di kampus-kampus. Namun keberhasilan dan kegagalan dakwah tersebut dari tatanan materi, metode, maupun media serta kualitas umat sasaran dakwah belum pernah di teliti. Penelitian ini akan mencoba memberikan alternatif solusi memgenai materi metode dan media dakwah agar mampu mengintegrasikan antara kepantingan duniawi dan ukhrowi serta dampaknya bagi pembentukan morakl spiritual dan peningkatan material masyarakat. Lanjut mengenai informasi penelitian ini sangat diperlukan dalam upaya mencari metod edakwah islam yang relevan karena tuntutan zaman dan kebutuhan riil di masyarakat. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah, para juru dakwah dalam meningkatkan kualitas dakwah mereka yang berdampak pada kualitas masyarakat. Di harapakan penelitian ini dapat memberikan masukan kepada departemen terkait sebagai bahan pengambilan kebijakan dalam peningkatan kualitas dakwah islam dan pengenatasan kemiskinan di kabupaten Jepara. Sebagai pengembangan ilmu diharap penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi penelitian berikutnya yang lebih spesifik dan mendalam. V. KERANGKA KONSEPTUAL Dakwah islam dalam penelitian ini dimaknai sebagai upaya untuk merubah suatu keadaan menjadi lebih baik menurut tolak ukur ajaran agama (Faridl, 2000: 36). Dakwah ini berusaha mengajak masyarakat menjalankan ajaran agama dengan benar dan mentransformasikan ajaran itu dalam bentuk amal sholeh, berupa menjalankan segala pekerjaan dengan baik dan selalu menjalankan ibadajh atas ridho Allah (Sulthon, 2003:56). Berangkat dari batasan ini dakwah islam yang dikembangkan tidak terbats pad adakwah bi al-lisan tetapi juga dakwah bi al-hal. Pemahaman mengenai peningkatan kualitas hidup untuk mkengurangui kemiskinan. Kegiatan dakwah ini bukan semata-mata menanamkan ajaran agama secara normative, tetapi juga secara praktis, prakmatis, dan empiris yang langsung menyentuh kebutuhan riil masyarakat terkait dengan pengentasan kemiskinan yang berupa penigkatan kuallitas ekonomi. Untuk mencapau cita-cita ini dikembangkan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat berupa penanaman dan pengembangan isu dakwah islam, kaderisasi, pemngembangan sumber daya umat dan pengembangan model dakwah. Dalam rangka untuk menemukan model dakwah islam dan antisipatif terhadap pengembanagan dantuntutan zaman peneliti menggunakan pendekatan prose sang di adaptasi dari Hasan (1998). Pendekatan proses ini tumbuh dan berkembang menjadi suatu pendekatan yang penting dalam kerangka penelitian kualitatif atau naturalistic inquiry.   Gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : (1) pengumpulan data dari berbagai sumber (para tokoh masyarakat, pakar dakwah dan ekonomi); (2) setelah data tekumpul, kemudian dilakukan identifikasi untuk mengidentifikasi potensi data terkumpul, kemudian dilakukan identifikasi untuk menidentifikasi potensi sumber daya umat; (3) menentukan berbagai potensi yang perlu dikembangkan, (4) mengembangkan model dakwah dan pengentasan kemiskinan, dan (6) menarik kesimpulan, menemukan model dakwah dan pengentasan kemiskinan. Pengembangan model dakwah tersebut sekaligus kelanjutan dari model dakwah yang dilaksanakan oleh Farida (2003) di wilayah Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang, yang menggunakan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) yang bermuara pada upaya dakwah untuk mewujudkan misi islam, yakni rohmatan lil al-alamin. Sekaligus juga sebagai kritik terhadap paradigma dakwah yang dikembangkan oleh Maslikhah (2003) pada Rumah Tahanan Negara Kelas II-B Kota Salatiga yang bermuara pada sekedar penyandaran bagi para tahanan untuk segera kembali pada jalan yang benar dengan pendekatan sosio-kultural. VI. TELAAH KEPUSTAKAAN Meskipun sampai sekarag sudah banyak penelitian mengenai dakwah Islamiyah, misalnya yang dilakukan oleh Farida (2003) di wilayah Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang, yang menggunakan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) yang bermuara pada upaya dakwah untukj mewujudkan misi islam, yakni rohmatan lil al-alamin dan juga dilakukan oleh Maslikhah (2003) pada Rumah Tahanan Negara Kelas II-B Kota Salatiga yang bermuara pada sekedar penyandaran bagi para tahanan untuk segera kembali pada jalan yang benar dengan pendekatan sosio-kultural, namun penelitian tersebut masih bersifat deskritif-kualitatif, belum sampai pada tingkat pengembangan model. Disamping itu, penelitian yang ada berorintasi pada dakwah bi al-lisan. Padahal m,media dakwah tidak terbatas pada dakwah bi al-lisan, tetapi juga dakwah bi al-hal (Hasanuddin, 1996: 43) menyamakan dakwah bi al-hal dengan social reconstruction. Dakwah bi al-lisan adalah kegiatan dakwah yang dilakukan dengan bahsa lisan maupun bahasa tulisan. Kegiatanya berupa tabligh akbar, pengajian umum, bimbingan adan penyuluhan, penerangan Islam, dan penyebaran tulisan-tulisna mengenai ajaran islam. Sedang dakwah bi al-hal berupa keikursertaan dalam pengembagan masyarakat untuk memberikan bantuan secara riil sesuai dengan kebutuhan masyarakat (Ahmad, 1966:27). Dalam dakwah bi al-hal ini, sasaranya tidak terbatas pada pengembangan ajaran agama secara nomatif, tetapi juga pada pengembangan berbagai aspek kehidupan, misalnya pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Dari sini nampak jelas, bahwa dakwah bukan sekedar aktivis dari satu panggung ke panggung yang lain, sebagaimana dipahami orang selama ini, tetapi haruslah dipahami sebagai aktivitas yang utuh untuk meningkatkan kualitas umat (Amin, 1995:184), atau masyarakat yang diridhoi Allah (Zaidillah, 2002: 128). Wujud dari masyarakat ini adalah: (1) punya etos kerja dan nilai kerja yang tinggi, (2) terbebas dari kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan, (3) penegak kebenaran, keindahan, kebaikan, kemerdekaan, persamaan dan keadilan, dan (4) mempunyai kesadaran akan pentingnya nilai spiritual dan material sebagai bekal hidup (Zaidillah, 2002: 123-130). Berangkat dari pemikirna tersebut, maka dapat ditemukan “benang merah” antara dakwah dengan peningkatan ekonomi umat. Dimana dakwah berorientasi pada peningkatan makna hidup yang saah satunya harus ditunjang dengan peningkatan ekonomi agar masyarakat dapat hidup sejahtera lahir dan batin. Berkaitan dengan pemikirna tersebut, maka sesuatu yang harus dipahami terlebih dahulu adalah mengenai problem medasar yang dihadapi terlebih dahulu adalah mengenai problem mendasar yang dihapi oleh masyarakat saat ini, agar relevan dengan program pengembangan yang ditawarkan. Problem masyarakat sampai saat ini yang apling mendasar adalah kemiskinan, dan merupakan salah satu problem sosial yang amat serius, sehingga angkah awal yang harus dilakukan dalam hal ini adalah mengidentifikasi apa sebanarnya yang dimaksud dengan kemiskinan itu dan bagaimana cara mencarikan solusinya. Paling tidak ada (3) macam konsep kemiskinan, yaitu : kemiskinan absolute, kemiskinan relative, dan kemiskinan subyektif (Usman, 1998 : 125). Konsep kemiskinan absolute dirumuskan dengan membuat ukuran tertentu yang konkret (a fixed yardstick). Ukuran ini lazimnya berorientasi pada kebutuhan dasar minimum masyarakat (sandang, pangan dan papan). Konsep kemiskinan relative dirumuskan berdsarkan the idea or relative standard, yaitu dengan memperhatikan dimensi tempat dan waktu. Asumsinya adalah kemiskinan disuau daerah berbeda dengan yang lainnya, dan kemiskinan pada waktu tertentu brbeda dengan daerah yang lainnya, dan kemiskinan pada waktu tertentu brebeda dengan waktu yang lain. Konsep kemiskinan semacam ini lazimnya diukur berdasarkan pertimbangan (in terms of judgement) masyarakat tertentu, dengan beriorentasi pada derajat kelayakan hidup. Tetapi konsep ini banyak mendapat kritik, terutama karena sangat sulit menentukan bagaimana hidup yang layak itu. Ukuran kelayakan atau kesejahteraan itu sangat beragam dan terus berubah-ubah (Mencher dalam Usman, 1998: 27). Sedangkan konsep kemiskinan subyektif dirumuskan berdasarkan perasaan kelompok miskin itu sendiri. Konsep ini tidak mengenal a fixed yardstick, dan tidak memperhitungkan the idea of relative standard. Kelompok yang menurut ukuran kita berada dibawah garis kemiskinan, boleh jadi menggangap dirinya sendiri miskin (dan miskin sebaliknay). Oleh karena itu, konsep kemiskinan semacam ini dianggap lebih cepat apabila diprgunakan untuk memahami kemiskinan dan merumuskan cara atau srategi yang efektif untuk peningkatan perekonimian masyarakat menuju masyarakat yang sehjahtera. Dari beberapa paparan diatas, dapat dianalisis lebih mendalam bahwa bagaimana solusi yang paling efektif dan efisien dalam peningkatan perekonomina masyarakat tersebut, yaitu mencari model/ bentuk dakwah yang menggabungkan kebutuhan manusia, baik spiritual mental dan material, sehingga muatan dalam berdakwah harus mencangkup keseimbangan kebutuhan dunia dan akhirat, yaitu spiritual, mental dan material yang sampai saat ini (model/bentuk) ini relative belum dilaksanakan secara terstruktur. Adapun muatan dakwah terpenting daam rangka peningkatan perekonomian nasyarakat adalah, bagaimana meningkatkan kesadaran masyarakat akan etos dan etik akerja, serta memberikan bebagai keterampilan yang dapat meningkatkan taraf ekonomi (Maimin, 2004: 4). Hal ini bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat sendiri, efektif dan efisien. Yaitu dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa kemiskinan adalah masalah kita bersama dan diatur dalam agama, sehingga kemiskinan tidak dapat diselesaikan tanpa adanya kerterlibatan masyrakat secara menyeluruh. Untuk itu, upaya untuk mengintegrasikan dakwah dan pengentasan kemiskinan pad amasyarakat pedesaan merupakan keniscayaan yang mesti harus mendapatkan perhatian serius, agar masyarakat pedesaan dapat survival di tengah maraknya persaingan ekonomi dan tantangan global(Maimun, 2004: 5). VII. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini bersifat tindakan (action research) yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu : 1. Tahap pertama meliputi : mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menformulasi masalah, mendiskusikan masalah denmgan par aahli dan pihak terkait, serta meyusun rencana tindakan (action plan) 2. Tahap kedua meliputi : memilih prosedur penelitian (responden, instrument, metode, dll), pengempulan dan analisis data, melakukan riangulasi, dan melakukan action untuk menemukan model dakwah. 3. Tahap evaluasi yang meliputi : evaluasi atas kegiatan tahap pertama dan kedua. B. Definisi Operasional 1. Dakwah adalah mengajak masyarakat untuk mencapai kebahagiaan hidup dunia akhirat, baik spiritual, moral maupun material. 2. Pengembangan dakwah adalah upaya untukmelahirkan suatu model mengenai metode mengajak masyarakat untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat, baik spiritual, moral , maupun material. 3. Miskin adalah masyarakat yang mempunyai penghasilan dibawah Rp. 500.000,00,- per bulan. 4. Pengentasan kemiskinan adalah upaya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, minimal dua kali lipat dari pendapatan sebelumnya. C. Populasi dan Sampel 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah Kecamatan Kedung, Kecamatan Jepara dan Kecamatan Mlonggo pemilihan 3 (tiga) kecamatan tersebut didasarkan ada pertimbangan bahwa Kecamatan- Kecamatan tersebut merupakan salah satu Kecamatan Kawasan keagamaan di Kabupaten Jepara. Disamping itu di Kecamatan tersebut banyak kantong-kantong kemiskinan yang perlu mendapatkan perhatian serius. 2. Populasi Penelitian Populasi penelitian adalah desa-desa di 3 (tiga Kecamatan Kabupaten Jepara. Penelitian ini diarahka pada daerah-daerah tertentu,terutama di daerah-daerah/ desa-desa yang mempunyai warga (urban dan rural) yang kritis dan rawan. Mengingat luasnya daerah, maka penelitian ini lebih diarahkan pada masyarakat Islam di Desa-desa tertentu yang masih merupakan daerah tertinggal/ terpencil di Kecamatan-Kecamatan Kabupaten Jepara. Untuk menentukan sasaran yang lebih jelas dan rinci akan dilakukan studi kelayakan lebih dahulu. 3. Sampel penelitian Pengembangan dakwh dna pengentasan kemiskinan ini dilaksanakan di Kecamatan Batealit mempunyai 11 Desa. Dari Desa-desa tersebut diambil sampel secara purposive (purposive sampling) masing-masig 2 Desa yang diduga memiliki warga miskin. Dalam proyek ini akan dipilih Desa di Kecamatan Batealit yang mempunyai desa-desa miskin dalam kategori urban (Desa Bantrung dan Batealit) dan rural ( Desa Ngasem dan Brigin) yaitu :  Kecamatan Kedung No. Desa Kategori Urban Rural 1 Surodadi Surodadi - 2 Bulak Baru Bulak Baru - 3 Tanggul Tlare - Tanggul Tlare 4 - Ngasem  Kecamatan Jepara No. Desa Kategori Urban Rural 1 Demaan demaan - 2 Bulu Bulu - 3 Jobokuto - Jonokuto 4 Ujung Watu - Ujung Watu 5 Bandengan - Bandengan    Kecamatan Mlonggo No. Desa Kategori Urban Rural 1 Karang Gondang Karang Gondang 2 Srobyong Srobyong 3 Demeling Demeling 4 Pungkruk Pungkruk 5 Bandengan Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 4 Desa di Kecamatan Kedung terdapat 5desa diKecamatan Jepara terdapat 2 desa urban ( Desa Bantrung dan Batealit) dan 4 Desa di Kecamatan Molonggo di Kabupaten Jepara Jawa Tengah. D. Sumber, Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Sumber data penelitian adalah : (a) Formal leaders di daerah setempat, (b) Informal Leaders di daerah setempat, (c) Kader-kader da’I dari masyarakat setempat, (d) pimpinan lembaga-lembaga dakwah setempat, dan (e) beberapa anggota masyarakat. Sedang teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan dokumentasi. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data primer yang berkaitan dengan lima masalah penelitian yang telah diajukan. Sedang dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data sekunder yang berkaitan dengan masalh nomor dua dan tiga dalam tujuan penelitian. Untuk mempertajam data yang diperoleh, maka dilakukan diskusi kelompok terfokus (focus group discussion/ FGD) pada setiap Kecamatan. FGD melibatkan para pemimpin formal dan nonn formal, masyarakat, dan para pakar dibidang dakwah dan pengentasan kemiskinan . Sesuai dengan jenis data yang bersifat kualitatif, maka analisis data dilakukan dnegan reflektif thingking, yaitu berfikir secara jitu dengan memadukan cara berfikir deduksi dan induksi (Kasiram, 1985 : 56).   VII. JADWAL KEGIATAN Jadwal kegiatan Penelitian tersusun sebagai berikut : No. Kegiatan / Penanggung Jawab Bulan 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 DAFTAR PUSTAKA Ahmad, A. (1996). Dakwah Islam sebagai ilmu, sebuah kajian epistemology dan struktur keilmuwan dakwah.Medan : Fak. Dakwah IAIN Sumut. Amin, M.M. (1955). Dinamika islam. Yogyakarta :LKPSK BPS Jatim (2002). Jawa timur dalam angka 2002. Surabaya : BPS Jatim Bungin, B.(2003). Analisis data penelitian kualitatif, pemahaman filosofis dan metodologis kearah penguasaan model aplikasi. Jakarta : Rajawai Pres. Faridl, M. (2000). Dakwah kontemporer :pola alternative dakwah melalui televise. Bandung : pusdai press Hasan, S.H (1988). Evaluasi kurikulum. Jakarta : P2LPTK Dirjen dikti debdikbud. Hasanuddin, M.(1996). Dakwah dan pengentasan kemiskinan. Surabaya : karya anda. Hough, A.L (1976). An approach to curriculum evaluation. Colombo plan staff college for technician education. Machendrawaty, N. & safei, A.A (2001).Pengembangan masyarakat islam . Bandung : Rosdakarya Maumun, A. (2003) kemiskinan mendekati kekufuran, Mimbar Jum’ah Masjid At-Tarbiyah, edisi Februari 2004, hal 1-6. Maumun, A. (2004). Membangun Kesalehan Sosial, Mimbar Jum’ah Masjid At-Tarbiyah, edisi Februari 2004, hal 1-8. May, t. (Ed.).(2002). Qualitative Research In Action. London : SAGE Publishers Ltd. Mc Niff, J. (1992). Action research : principles and practice. London : Macmillan Education Ltd. Mc. Taggart, R. (1994). Action Research: A short modern history. Geelang, Victorio: Deaken University. Muhtadi, A.S & Safei, A.a (2003). Metode Penelitian Dakwah. Bandung : Pustaka Setia. Oj, S.D & Simulyan, l. (1989). Collaborative Action Research : A development approach. London : taylor & Francis. Raharjo, M.D. (1996).Intelektual Intelegensia San Perilaku Politik Bangsa. Bandung : Mizan. Tjondronegoro, S.M.P (1984) Metode Memonitoring Perilaku Sosial Budaya. Bahan training analisis mengenai dampak lingkungan. Bandung : PUSDI-PLS IPB. Usman, S. (1998).Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Zaidillah, A.A. (2002). Strategi Dakwah Dalam Membentuk Da’i Dan Khotib Professional. Jakarta : Kalam Mulia.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar